Hesty Ambarwati
Sambil terus googling-googling tenaga kesehatan yang pro gentle birth untuk lahiran nantinya, saya mendapati nama Tante Yuli disana. Tante Yuli praktek di Rumah Puspa Tambun – Bekasi. Hah, Bekasi? tau kan sejauh apa Bekasi dari Jakarta? :p, awalnya sempat pupus harapan bisa lahiran dibantu bidan pro gentle birth. Tapi, mengingat saya butuh diskusi lebih dalam seputar kehamilan, persalinan dan gentle birth..maka saya pedekate dan sksd-lah dengan beliau.
Gentle Birth bukan Mie Instan
9 bulan kehamilan adalah masa untuk saya mempersiapkan dan mematangkan diri. Setidaknya ada tiga hal yang harus dipersiapkan, diantaranya: jiwa, pikiran dan raga.
Ya..persiapan fisik. Hamil bukan alasan untuk kita tidak beraktivitas dan memberdayakan tubuh untuk mempersiapkan persalinan yang mudah dan spontan. Seorang ibu di grup Gentle Birth untuk Semua bahkan membuat tabel “latihan selama kehamilan”.
Ya gitu deh…selamat berpetualang dan menikmati masa-masa kehamilan dan persalinan anda yang indah :D. Persalinan yang indah butuh ikhtiar yang purna ya mak, selanjutnya mari memasrahkan diri pada Allah Sang Penggenggam jiwa.
(Baca catatan-catatan Mbak Hesty di Blog Kamera dan Cahaya)
(Baca catatan-catatan Mbak Hesty di Blog Kamera dan Cahaya)
Mîss Esra
Secara baru mengandung anak pertama, saya miskin pengalaman dan pengetahuan, so saya gali apa yang saya mau dan perlu tau tentang menjalani kehamilan plus persiapan persalinan, dan memang om Google lah pelariannya. Entah bagaimana ceritanya, pencarian itu mempertemukan saya dengan Gentle Birth. Kalau boleh langsung saya simpulkan, Gentle Birth adalah tentang pemberdayaan diri si (calon) ibu. Sudah itu, titik.
Gentle Birth bukan tentang metode melahirkan, goal-nya bukan melahirkan di dalam air (waterbirth), bukan melahirkan di atas kasur (dry birth/bed birth), bukan melahirkan di rumah (homebirth), bukan juga tentang melahirkan di klinik bidan, apalagi melahirkan tanpa pendampingan (unassisted birth). Bukan! Jadi lahir dengan operasi, melahirkan di rumah sakit juga bisa secara gentle. Definisi Gentle Birth sendiri adalah konsep persalinan yang lembut dan minim trauma, tujuannya demi kesejahteraan bayi (manusia) di masa depan yang akan dilahirkan ke dunia. Dan goal-nya itu akan sulit tercapai tanpa pemberdayaan diri.
Pemberdayaan diri yang dimaksud adalah si (calon) ibu perlu mempersiapkan diri, mengolah tubuh, pikiran, emosi selama hamil (bahkan sebelumnya) agar si (calon) ibu siap menghadapi persalinan secara fisik, mental dan spiritual. Konkritnya seperti olahraga, makan sehat , mengedukasi diri, afirmasi dan berpikiran positif, berdoa, dan pemberdayaan diri lainnya. Lebih dalam saya cari tau tentang Gentle Birth dan Tuhan menjodohkan saya dengan Ibu Bidan Yuli (“Bubid”, begitu saya panggil beliau), penggiat Gentle Birth handal dan sabar yang syukurnya berpraktek (lumayan) dekat dengan rumah Ibu saya di Tambun (masih masuk peta). Tenaga kesehatan pendamping kehamilan & persalinan sangat penting keberadaannya, yang pro normal, pro ASI, sudah pasti jadi pertimbangan utama.
(Baca selengkapnya di Blog Eraisme)
Gentle Birth bukan tentang metode melahirkan, goal-nya bukan melahirkan di dalam air (waterbirth), bukan melahirkan di atas kasur (dry birth/bed birth), bukan melahirkan di rumah (homebirth), bukan juga tentang melahirkan di klinik bidan, apalagi melahirkan tanpa pendampingan (unassisted birth). Bukan! Jadi lahir dengan operasi, melahirkan di rumah sakit juga bisa secara gentle. Definisi Gentle Birth sendiri adalah konsep persalinan yang lembut dan minim trauma, tujuannya demi kesejahteraan bayi (manusia) di masa depan yang akan dilahirkan ke dunia. Dan goal-nya itu akan sulit tercapai tanpa pemberdayaan diri.
Pemberdayaan diri yang dimaksud adalah si (calon) ibu perlu mempersiapkan diri, mengolah tubuh, pikiran, emosi selama hamil (bahkan sebelumnya) agar si (calon) ibu siap menghadapi persalinan secara fisik, mental dan spiritual. Konkritnya seperti olahraga, makan sehat , mengedukasi diri, afirmasi dan berpikiran positif, berdoa, dan pemberdayaan diri lainnya. Lebih dalam saya cari tau tentang Gentle Birth dan Tuhan menjodohkan saya dengan Ibu Bidan Yuli (“Bubid”, begitu saya panggil beliau), penggiat Gentle Birth handal dan sabar yang syukurnya berpraktek (lumayan) dekat dengan rumah Ibu saya di Tambun (masih masuk peta). Tenaga kesehatan pendamping kehamilan & persalinan sangat penting keberadaannya, yang pro normal, pro ASI, sudah pasti jadi pertimbangan utama.
(Baca selengkapnya di Blog Eraisme)
Bunda Nalia
Bidan Yuli mmg punya paket Prenatal Yoga dan Prenatal class yang boleh ikutan Yoga dr hamil mulai 20 minggu sampai persalinan dan ada kelas dimana kita diajarkan berbagai macam pengetahuan yang walaupun hamil anak kedua masih banyak lho yang belum kita tahu.
Dan ajaibnyaaaa.. aku yang semasa kehamilan Zidia SPD (Symphisis Pubis Dysfunction) yang pernah sampai ga bisa jalan dan setelahnya harus pakai maternity belt kemanapun aku pergi. Pada kehamilan ini juga mulai berasa diusia kehamilan belasan minggu lalu hilang semenjak aku rutin prenatal yoga.
Kehamilan kali ini berasa tanpa banyak keluhan deh, karena badan berasa fit banget..
Dan dibuktikan ilmu-ilmu ini ternyata bermanfaat banget saat proses persalinan...
(Baca selengkapnya kisah ini di blog Bunda Naliafatra)
Ummu Ghazy
Dengan satu tarikan nafas, Alhamdulillah akhirnya lahirlah Ghazy, sang Pejuang yang dinanti nanti. Setelah keluar dari air, Ghazy menangis dan kudekap dalam pelukan. Suami, ibu dan mama bertakbir dan tak henti bersyukur. Aku berjalan melompati kolam naik ke atas ranjang, untuk melahirkan plasenta dan melakukan inisiasi menyusui dini. Suami ku mengazankan Ghazy di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri sambil menangis. Ahh..honey..bayi kita..
Ghazy mencari puting susu dengan reflex rooting, dan menghisapnya kuat kuat dengan reflex sucking-nya. terdengar riuh rendah keluargaku, “wah sudah ngangkat kepala! wah sudah melek! udah ketemu!” setelah ditimbang, beratnya 3500 gram..wow lumayan jauh dariperkiraan saat USG, 2900 gram. sembari mendekap Ghazy.....
(Baca selengkapnya kisah Ummu Ghazy di Blognya ummu9hazi)
Mbak Astri Bunda Aleisha
Bila mengingat kelahiran sulung, rasa syukur saya semakin bertambah. Alhamdulillah … Allah memberikan kesempatan untuk melahirkan dengan gentle. Tanpa induksi, tanpa episiotomi, dan tanpa intervensi medis yang tidak perlu. Bahkan sulung diberi kesempatan menjadi bayi istimewa karena lahir dengan selaput ketuban yang masih utuh atau istilahnya bayi bungkus (bayi sarung).
(Baca selengkapnya di Blog Mommies Daily)
Bunda Rika
Setelah beberapa kali di komando mbak Yuli biar atur nafas, tarik dalam-dalam, lalu lepas keluarlah kepala si dedek. Sembari menunggu kontraksi datang lagi, kepala dedek berputar dan kontraksi datang lagi dengan hebat dan blassssshhhhh dedek lahir dan langsung menangis lantang tepat jam 10.35 wib Dedek lalu diangkat bu bidan Yuli dan ditaruh di dada saya. huaaaa... rasa sakitnya lewat, lupa... saya tertawa... Kakak Beverly menyaksikan penuh prosesi kelahiran adiknya. dia begitu berbinar-binar.
(Baca selengkapnya kisah Bunda Rika di blognya, rikapoerba)
Bunbun NIC
Saya ngga ingat bagaimana saya bisa menemukan Bidan Yuli di Facebook, yang saya tahu saya ingin pengalaman melahirkan si baby jadi pengalaman terindah, gentle birth, home birth dan water birth pun akhirnya jadi pilihan saya. Kenapa home birth? Karena saya ngga ingin merepotkan keluarga untuk mengantarkan saya ke klinik atau rumah sakit. Saya ingin suasana yang lebih rileks dan lebih nyaman, di rumah.
Waktu melahirkan pun tiba, seingat saya sinyal cinta (baca: kontraksi) dari jabang bayi ini dulu tidak terlalu sakit, eetapiiii mulesnyaaaa ngga ketahanan, tanda cinta muncul di pembukaan ke 3 jam 9 pagi, pembukaan tidak bertambah sampai jam 11 malam, akhirnya saya memutuskan untuk tidur saja. Jam 3 pagi saya mulai merasakan seperti tendangan di perut saya, hmmm dedek bayi mau launching, saya pun masih sempat jalan-jalan keliling ruangan tengah, di pembukaan ke 5 saya udah ngga sanggup lagi berjalan, saya bangunkan Bidan Yuli dan Bidan Devi, mereka pun mulai menyiapkan segala keperluan untuk persalinan. Bidan Yuli membantu saya melewati masa kontraksi sampai pembukaan lengkap ke 10 dan mulai masuk ke kolam untuk water birth.
Setelah masuk ke air, kok ya malah si mules hilang dan saya mulai ngantuk. Jam udah menunjukkan pukul 6 pagi, saya ingin segera bertemu si baby, perlahan saya mulai fokus dan konsentrasi agar si mules datang dan saya bisa mulai mengejan. Sahabat-sahabat saya yang menemani saat persalinan, Neneng dan Rahma bergantian saya remas tangan mereka disaat si mules datang dan saya mulai mengejan, si abang yang tadinya juga ikut menemani ngga tega melihat bunda nya kesakitan. Akhirnya setengah jam kemudian, lahir lah si bayi yang saya beri nama Nicholas Syafiq.
(Baca selengkapnya kisah Bunbun NIC di blognya, job (journal of bunbun))
Ummu Hamzah
"Bantu Ummi yuk dek.. Ummi sudah kangen sekali pengen liat dede. Yuk yuuk..". Saya juga minta Abang untuk membacakan surat Al Insyirah untuk menguatkan saya.
Bismillah.. saya mencoba mengejan lagi kali ini.. "Laa ilahaillah.. Laa ilahaillah. Laa haula wa laa quwwata illa billah.." Saya ingat betul lafaz tauhid itu yang juga menguatkan saya. Hepppp.. Kepala bayi sudah sebagian keluar, kemudian saya mengejan lagi.. Alhamdulillah.. Si baby meluncur di air ditangkap oleh Bidan Yulie.
03 Desember 2014 - 23.45 WIB
Hamzah, Singa kecil Ummi pun lahir ke dunia ini. Lega sekali rasanyaa. Bidan Yulie langsung menyerahkan Hamzah ke saya. Hamzah cuma Oeek sebentar pas diangkat dari air, gak sampai 10 detik nangisnya, langsung diam pas saya dekap di dada saya.. Alhamdulillah..
"Assalamualaikum dek.. ini Ummi.." Saya pun melanjutkan dengan membisikkan dua kalimat syahadat.. Maha Suci Allah.. Alhamdulillah.. Kesampean sudah cita-cita saya untuk punya moment seperti itu saat melahirkan Hamzah.
Kapan aku bisa gendong bayi hahaha
BalasHapusKami doakan secepatnya buat Mas Cumi Kaesang :)
Hapus